Kedutan, Kian Sering Saat Cemas

Hampir semua orang pernah mengalami kedutan. Kondisi itu dipengaruhi kerja otak bagian dalam dan otot-otot di kelopak mata. Sifatnya involunter atau tidak disadari.
Orang yang kedutan berarti mengalami kelainan ganglia di bagian inti otak. Dia tidak menyadari telah mengalami kedutan. Kondisi tersebut bisa dialami anak-anak hingga orang dewasa. Kedutan bisa merupakan gejala yang berdiri sendiri, bisa juga disertai penyakit lain. Misalnya Sindrom Tourette yang terjadi pada anak-anak. Biasanya pada anak usia SD dan SMP.
Gejalanya, mata anak sering berkedip pada waktu yang tidak bisa diduga. Karena bersifat involunter, gerakannya tidak bisa dicegah. Kedutan bisa kian parah akibat kondisi psikologis anak. Misalnya, bila anak cemas, frekuensi kedutan meningkat.
Tak jarang, saat mata berkedip pada satu sisi, muncul keluhan lain. Misalnya, wajah tertarik pada satu sisi yang sama. Bila mata yang berkedip sebelah kanan, wajah ikut tertarik ke sebelah kanan. Kedutan atau kedipan itu terjadi secara berulang, singkat dan cepat. Kadang, gerakan tersebut bisa ditahan. Namun, upaya itu akan membuat stress otot-otot wajah.
Kedutan juga terjadi pada penderita hemificial spasm. Bedanya, kelainan tersebut hanya terjadi pada orang dewasa. Tapi gejalanya mirip dengan sindrom Tourette.
Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh otot kecil di kelopak mata. Sebab, otot itu merupakan salah satu otot yang paling sensitif untuk menimbulkan gerakan yang tidak disadari. Kedua kelainan itu tidak berbahaya. Penanganannya cukup memakai obat psikotropika dosis kecil. Kelainan tersebut bisa hilang total, bisa juga tidak. Kalaupun hilang total, masih ada kemungkinan kambuh. Semua bergantung kondisi orang tersebut.
Sumber : dr. Christian Kamallan SpS, spesialis saraf RS Surabaya Internasional
(Jawa Pos 5 Januari 2009)