Biduran Bukan Penyakit

Setelah berolahraga, pastilah keringat bercucuran. Pada beberapa orang, aktifitas fisik hingga berkeringat begini berdampak tak menyenangkan. Kulit menjadi bentol-bentol kemerahan dan disertai rasa gatal luar biasa.
Menurut dr. Rahimah SpKK, kondisi tersebut merupakan gejala urtikaria yang dalam bahasa awam disebut biduran. Dia mengungkapkan, uritaria bukan penyakit, melainkan reaksi tibuh. Terutama, berkaitan dengan pembuluh darah kulit yang mengalami pelebaran.
"Karena ada perpindahan cairan tubuh, jaringan kulit membengkak. Lantas, muncul rasa gatal dan bentol-bentol kemerahan di kulit", paparnya. Ada biduran yang berukuran sangat besar (giant urticaria). Ada pula yang berukuran kecil dan berkelompok. "Apa pun ukurannya, tetap disertai rasa gatal yang hebat. Kadang-kadang, muncul rasa panas di bagian kulit yang bentol", katanya.
Reaksi tubuh tersebut berkaitan dengan beberapa faktor. Pertama, faktor alergi. Spesialis kulit dan kelamin dari RSU Haji Surabaya itu menuturkan, sekitar 50 persen faktor pencetusnya adalah makanan. Penyebab lain adalah sesuatu yang menempel di tubuh kita. Misalnya, ulat bulu, tungau, bahan kimia, maupun pemakaian obat-obatan tertentu.
Kedua, faktor fisik. Biduran bisa muncul karena suhu dingin atau panas. Biduran juga bisa terjadi karena gesekan kulit dengan benda pencetus biduran. "Olahraga termasuk dalam kategori ini", kata Rahimah. Ada kalanya, faktor psikis juga memicu biduran. Misalnya terlalu cemas atau panik menghadapi masalah dan ketakutan akan sesuatu.
Karena penyebabnya beragam, dokter harus menggali lebih dalam mengenai pencetus biduran pada pasien. "Bila faktor pencetusnya ditemukan, baru urtikaria itu bisa diterapi", paparnya.
Berdasar waktu, ada 2 jenis urtikaria. Menurut Rahimah, urikaria dikatakan akut setelah enam minggu, gejala biduran tak kambuh lagi. Nah, dianggap urikaria kronis bila bentol-bentol terus kambuh selama lebih dari enam minggu. Sebenarnya, biduran bisa sembuh sendiri. Tak usah diobati. "Biasanya, biduran hanya berlangsung 30-60 menit. Setelah itu, hilang", katanya. Tapi, jika seseorang kembali terkena pencetus alergi, biduran rawan muncul lagi.
Bila biduran sangat mengganggu, tentu harus dienyahkan lebih cepat. Caranya, menaburkan bedak antipruritus (anti gatal) atau minum obat-obatan antihistamin. "Sebaiknya, pasien berkonsultasi dengan dokter ketika akan mengonsumsi antihistamin", ujarnya.

Sumber : Jawa Pos 9 Maret 2009