Kepiting Bisa Cegah Pikun

Jangan hindari makan kepiting, khususnya para lanjut usia (lansia). Kendati mengandung kolesterol dalam jumlah besar, bersama aneka makanan seafood lain (kerang dan ikan) serta daging, susu, dan telur, kepiting mengandung banyak vitamin B12. Untuk warga evergreen, vitamin itu sangat penting karena dapat mencegah penurunan kemampuan berpikir. Hal tersebut terbukti dari sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh kalangan ilmuwan di Universitas Oxford, Inggris.
Vitamin B12 atau dikenal juga dengan kobalamin bertugas membantu darah membawa oksigen ke seluruh tubuh, membentuk sel darah merah, dan mencegah kerusakan sistem saraf dengan membantu pembentukan mielin (lapisan pembungkus serabut syaraf).
Dalam studi terhadap responden berusia diatas 65 tahun, para lansia yang memiliki tekanan darah lebih tinggi (mengindikasikan aktifitas vitamin B12) ternyata mengalami penurunan fungsi kognitif lebih lambat selama sepuluh tahun jika dibandingkan dengan yang berkadar vitamin B12 rendah.
Para ilmuwan itu menemukan bahwa folic acid (asam folat) dan makanan tambahan B12 dapat mengurangi tingkat homocystein, yaitu protein yang berkaitan erat dengan penyakit Alzheimer.
Untuk itu, para ilmuwan tersebut merekomendasikan suplemen aneka vitamin B untuk memperlambat datangnya demensia (kepikunan), sebuah sindrom khas menurunnya fungsi kognitif, seperti dilansir di majalah The American Journal Clinical Nutrition.
Asam folat memang dapat menutupi kekurangan vitamin B12. Sejumlah penelitian memang menunjukkan bahwa rendahnya tingkat vitamin B12 dengan asupan asam folat yang tinggi berbanding terbalik dengan penurunan kemampuan mental. Untuk dapat lebih memahami kaitan antara homocystein, folic acid, B12, dan fungsi kognitif, Dr. Robert Clarke dan rekan-rekan sejawatnya dari Universitas Oxford mengamati 1.648 pria dan wanita berusia 65 tahun atau lebih. Fungsi mental para responden tersebut diuji, sedikitnya tiga kali selama kurun waktu sepuluh tahun.
Para ilmuwan memeriksa tingkat aktifitas biologis vitamin B12, holotranscobalamin, dan asam methylmalonic yang menjadi pertanda bagi fungsi B12. Hasilnya, mereka menemukan bahwa tidak ada kaitan antara homocystein atau tingkat folat dengan fungsi kognitif.
Namun, tingkat holotranscobalamin yang lebih rendah dan asam methylmalonic yang tinggi, keduanya merupakan pertanda rendahnya kadar vitamin B12, secara terpisah berkaitan dengan penurunan kemampuan daya fungsi mental yang pesat.
Sebaliknya, tingkat folat yang tinggi bersamaan dengan B12 berkadar rendah tidak mempercepat penurunan daya fungsi mental. Studi itu mempercayai bahwa pelipatgandaan asupan vitamin B12 sebagai suplemen oral dapat memperlambat penurunan fungsi daya kognitif sebanyak 33 persen. Selain itu, tingkat B12 yang rendah tampaknya menjadi awal proses kemunduran fungsi mental seseorang.
"Koreksi terhadap defisiensi vitamin B12 agaknya merupakan hal tepat bagi mereka-mereka dengan gejala yang mengarah pada penurunan daya kognitif", tutur Clarke seperti dilansir Reuters.
Dia menyarankan, meski saat ini tersedia banyak suplemen vitamin B12, tetap saja lebih baik mendapatkan asupan vitamin tersebut dari sumber asli, yakni makanan segar.

Sumber : Jawa Pos Rabu 11 Maret 2009