Pemanis Buatan, Waspadai Dosis

Saat ini orang kemana-mana membawa pemanis buatan berbentuk sachet bukan lagi pemandangan ganjil. Gula tersebut dikenal untuk penderita diabetes melitus (kencing manis) dan untuk menurunkan berat badan.
Namun, sebaliknya, cek dulu komposisi bahan gula tersebut. Bila aspartam tercantum sebagai salah satu bahan pembuat gula tersebut, itu sebaiknya jangan dikonsumsi. Menurut Siti Mahmudah Amd Gz, aspartam merupakan bahan pencetus kanker bila dikonsumsi jangka panjang.
Di Amerika Serikat, aspartam pernah diuji cobakan ke tikus. Dosis yang diberikan lebih rendah daripada konsumsi harian manusia. Hasilnya, tikus tersebut menderita kanker getah bening dan leukimia. "Selain itu, ada kemungkinan organ ginjal dan otak mengalami keruakan", ujarnya.
Ditrangkan, aspartam terbuat dari dua asam amino, yakni aspartat dan fenilalanin. Sama halnya dengan protein lain, bila masuk ke tubuh, dua asam amino tersebut harus mengalami metabolisme. Organ inilah yang berperan untuk itu.
Kepala unit Gizi RS Spesialis Husada utama Surabaya itu menambahkan, bila asupan protein dalam tubuh banyak, kerja ginjal akan bertambah berat. Akibatnya, ginajl bisa kelelahan. "Bila terus dipaksakan, ginajl bisa rusak", lanjutnya. Selain ginjal, otak bisa rusak bila konsumsi fenilalamin berlebihan.
Karena bahaya tersebut, konsumsi aspartam dalam jangka panjang dianjurkan dihindari. Meski, bahan tersebut tak berbahaya bila dikonsumsi dalam takaran yang pas. FDA, BPOM-nya AS, menetapkan aspartam sebagai zat pemanis buatan paling aman sejak 1981. Di dalam negri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga menyatakan bahwa aspartam aman dikonsumsi. "Asal, dalam takaran yang tepat", lanjut alumnus Akademi Gizi Malang tersebut.
Dosis yang aman, lanjut Mahmudah, adalah 40 miligram (mg) per kilogram berat badan. Misalnya, orang dengan berat badan 50 kilogram hanya boleh mengonsumsi aspartam 2 ribu mg (2 gram) per hari. Itu setara dengan satu sachet pemanis buatan tersebut. "Padahal, saya yakin konsumsi pemanis buatan tersebut tak mungkin hanya satu sachet per hari", jelas Mahmudah.
Diingatkan pula, gula diet tersebut hanya dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus dan mereka yang ingin menurunkan berat badan. Selain mereka, hindarilah konsumsi bahan tersebut.

Sumber : Jawa Pos 9 Maret 2009